VOLUME
1, NO. 2, MEI 2015: 106 – 119
ISSN:
2407-7798
Peran Kepercayaan Interpersonal Remaja yang
Kesepian dalam Memoderasi Pengungkapkan Diri pada Media Jejaring Sosial Online
Firman Alamsyah Ario Buntaran1, Avin Fadilla Helmi2
Program Magister Psikologi
Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada
Abstract. The aim of this research is to study
the role of online interpersonal trust that moderating relation between
loneliness and online self disclosure to the 162 students. This research was
using loneliness scale, online self disclosure scale, and online interpersonal
trust scale. The result of this study indicated that there is a significant
relationship between loneliness and online self disclosure moderated by online
interpersonal trust. There is no significant difference level of online self
disclosure both male and female student. Female student spent more time than
male student in online networking site. The study also found that female
students have more online social networking sites such as Facebook, Twitter,
Instagram, etc. than male students. Three hours range is a prolonged period of
time most widely used participant.
Keywords: loneliness, selfdisclosure,
online interpersonal trust
Abstrak. Penelitian ini meneliti peran
kepercayaan interpersonal secara online memperkuat hubungan
antara kesepian dan pengungkapan diri pada 162 siswa-siswi. Alat ukur dalam
penelitian ini adalah skala kesepian, skala pengungkapan diri, dan kepercayaan
interpersonal di jejaring sosial online. Hasil penelitian ini tidak
menemukan perbedaan yang signifikan antara siswa perempuan dibandingkan
laki-laki pada diri secara online dalam mengungkapkan diri. Siswa
perempuan lebih lama dalam waktu penggunaan jejaring sosial online dibandingkan
dengan siswa laki-laki. Penelitian juga menemukan bahwa siswa perempuan
memiliki situs jejaring sosial online lebih banyak seperti Facebook,
Twitter, dan Instagram dibandingkan dengan siswa laki-laki.
Penggunaan waktu selama tiga jam adalah rentang waktu paling banyak
digunakan oleh partisipan. Terdapat hubungan yang signifikan antara kesepian
dan pengungkapan diri secara online yang dimoderatori oleh kepercayaan
interpersonal online.
Kata kunci: kesepian, pengungkapan
diri, kepercayaan interpersonal jejaring sosial online
Masyarakat1 pada saat ini tengah hidup dalam
sebuah era informasi digital. Terjadi perubahan dalam cara berkomunikasi
dari
1 Korespondesni
mengenai artikel ini dapat dilakukan melalui: firman.alamsyah@mail.ugm.ac.id
2 Atau
melalui: avinpsi@ugm.ac.id
bentuk komunikasi tatap muka secara
lang-sung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi. Situs jejaring
sosial online misalnya telah menjadi bentuk komunikasi baru bagi
kalangan remaja, dewasa hingga orangtua sekalipun.
Pertemanan dalam jejaring sosial online saat ini
merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Remaja menempati proporsi
paling besar pengguna komunikasi elektro-nik baru seperti Instant Messaging,
E-mail, dan pesan teks, serta komunikasi melalui situs internet seperti Blog,
jejaring sosial online, dan situs internet (Subrahmanyam & Greenfield,
2008).
Remaja
memiliki kebutuhan untuk memiliki dan bersama dalam jaringan sosialnya serta
meningkatkan hubungan interpersonal untuk mengaktualisasikan diri melalui
keterampilan interpersonal. Pengungkapan diri merupakan keteram-pilan
interpersonal yang penting dalam perkembangan remaja. Namun sebagian besar dari
remaja memiliki keterampilan sosial yang rendah (Goldner, 2008). Berda-sarkan
penelitian yang dilakukan oleh Bargh, McKenna, dan Fitzsimons (2002), tampak
bahwa remaja yang pemalu dan keterampilan sosial yang rendah mampu
mengekspresikan apa yang mereka anggap menjadi "diri sejati" mereka
lebih mudah melalui media jejaring sosial online diban-dingkan melalui
interaksi tatap muka. Waktu berlebih yang digunakan untuk menggunakan Facebook
terkait erat dengan perasaan kesepian yang dialami remaja (Ingvadottir, 2014).
Individu yang introvert dilaporkan memiliki motivasi yang signi-fikan
untuk bergabung dalam Facebook, Amichai-Hamburger, Wainapel, dan Fox
(2002).
Berdasarkan
data yang dilaporkan Madden, Lenhart, Duggan, Cortesi, dan Gasser (2013) 95%
remaja dengan rentang usia 12 - 17 tahun aktif secara online. Survei
yang melibatkan 802 remaja tersebut mela-porkan bahwa 81% remaja menggunakan
situs jejaring sosial online. Ada 77% remaja aktif dan menggunakan Facebook,
dan 24% menggunakan Twitter. Aktifitas remaja selama aktif dalam
jejaring sosial online diantaranya adalah memasang foto pada akun
jejaring sosial online, memposting
nama sekolah, menempel kota asal,
membe-ritahu nama asli, memposting kesukaan seperti film, musik dan buku,
memposting tanggal lahir, memposting status hubungan pacaran, dan memposting
video tentang diri.
Goldner
(2008) mengemukakan bahwa alasan kuat remaja aktif di jejaring sosial adalah
untuk meningkatkan popularitas diri dikalangan kelompok sebaya remaja.
Hipotesis kompensasi sosial (social compen-sation hypothesis)
menjelaskan bahwa remaja yang mengalami kecemasan sosial meng-alami
kesulitan mengembangkan persaha-batan secara tatap muka sehingga cende-rung
menggunakan Facebook sebagai cara untuk megatasi ketidakmampuan
berinte-raksi secara tatap muka (Zywicka & Danowski, 2008; Baron &
Branscombe (2012).
Menurut
Greene, Derlega, dan Mathews (2006) semua bentuk baik komuni-kasi verbal dan
non verbal yang bersifat mengungkapkan informasi tentang diri dan perilaku
komunikatif merupakan perilaku pengungkapan diri. terdapat beberapa dimensi
yang berpengaruh pada proses pengungkapan diri yang berhubungan dengan proses
perkembangan kedekatan hubungan menurut Altman dan Taylor dalam teori penetrasi
sosial (Derlega & Barbara, 1997). Dimensi pertama adalah keluasan topik (topic
breadth), berapa informasi yang diungkapkan mengenai topik-topik
pembicaraan khusus, yang kedua adalah frekuensi keluasan (breadth frequency)
mengenai topik-topik pembicara-an informasi yang berbeda-beda, yang ketiga
adalah dimensi waktu (topic time) mengenai berapa banyak waktu yang
dila-lui ketika berbicara antar individu tentang pembicaraan tertentu, dan yang
keempat adalah kedalaman topik (topic depth) mengenai tingkat keintiman
dalam meng-ungkapkan informasi diri.
E-JURNAL GAMA JOP 107
BUNTARAN
& HELMI
Menurut Lu
(2013) dalam pandangan teori modal sosial, media sosial online disa-dari
potensinya menghasilkan modal sosial, menghilangkan kesepian dan merangsang
produktifitas, serta adanya imbal balik didalamnya. Lin (1999) memandang bahwa
modal sosial sebagai konstruksi elastis, menjelaskan manfaat yang dapat
diterima dari hubungan seseorang dengan orang lain. Ellison, Steinfield, dan
Lampe (2006) juga menunjukkan bahwa penggunaan facebook yang intens
berkaitan erat dengan pembentukan dan pemeliharaan modal sosial.
Ellison, Steinfield, dan Lampe (2007) berargumen bahwa dalam pandangan mo-dal
sosial, jumlah ikatan sosial yang dimiliki pengguna media jejaring sosial
ditemukan terkait dengan hipotesis Peningkatan Sosial (Social Enhancement
hypothesis). Pengguna yang lebih rendah pada kepuasan hidup dan harga diri
rendah akan mengembang-kan modal sosial yang lebih tinggi dengan menggunakan Facebook
dalam menjalin pertemanan.
Teori
penetrasi sosial menandaskan supaya hubungan dalam jejaring sosial te-tap
terbina dan faktor yang penting adalah orang saling percaya. Menurut Rempel,
Holmes, dan Zanna (1985) kepercayaan tersebut terlihat berkembang dari
penga-laman masa lalu dan interaksi sebelumnya, sehingga berkembang sebagai
hubungan yang matang.
Penelitian
yang dilakukan Jin (2013), Clayton, Osborne, Miller, dan Oberle (2013) juga
menguatkan hipotesis mengenai kese-pian dan pengungkapan diri. Dalam
pene-litian tersebut ditemukan bahwa tingkat kesepian terkait kegiatan
berkomunikasi. Individu-individu yang kesepian melihat Facebook sebagai
media yang berguna untuk mengungkapan diri secara sosial dan terkoneksi.
Bonetti,
Campbell, dan Gilmore (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa anak-anak dan remaja yang kesepian
menggunakan komunikasi online secara berbeda dibandingkan dengan
anak-anak dan remaja yang tidak kesepian. Dapat disimpulkan juga bahwa untuk
remaja yang berkomunikasi secara online, mereka dapat memenuhi kebutuhan
pengungkapan diri, eksplorasi identitas dan interaksi sosial.
Leung (2011),
dan Schwartz (2010) melakukan penelitian mengenai aktivitas sosial online
pada remaja untuk mengung-kap hubungan antara preferensi berinterak-si sosial online
dengan kesepian, dukungan sosial dan efek mediasi eksperimen iden-titas online.
Individu-individu yang kese-pian dan memiliki tingkat dukungan sosial offline
yang lebih rendah berpeluang untuk bereksperimen identitas secara online
diban-dingkan dengan mereka yang kurang kese-pian atau tidak kesepian. Kesepian
dan dukungan sosial offline ditemukan secara signifikan berkaitan dengan
preferensi un-tuk berinteraksi pada jejaring sosial online.
Berger
(2011) dan Frye dan Dornisch (2010) meneliti tentang peran kepercayaan
interpersonal pada jejaring sosial online. Hasilnya adalah kepercayaan pada
peng-guna jejaring sosial online merupakan variabel moderator pada
pertemanan secara online.
Hipotesis
pada penelitian ini adalah kepercayaan interpersonal menguatkan hubungan antara
kesepian dengan peng-ungkapan diri di situs jejaring sosial online.
Penelitian
ini dilakukan dengan meng-gunakan metode kuantitatif pada siswa-siswi SMA
Negeri Yogyakarta sebagai subjek penelitian yang berjumlah 162 orang.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pengisian tiga skala, yaitu skala
pengung-kapan diri pada situs jejaring sosial online, skala kesepian,
dan skala kepercayaan interpersonal pada situs jejaring sosial online.
108
E-JURNAL
GAMA JOP
ISSN:
2407-7798
Kepercayaan interpersonal
Kesepian
|
Pengungkapan
Diri
|
||
secara
Online
|
|||
Gambar 1. Kerangka penelitian
- Metode
- Skala pengungkapan diri pada jejaring sosial online
Skala
keterbukaan diri disusun oleh Suryani dan Helmi (Helmi, 2013). Berda-sarkan uji
konsistensi aitem total diperoleh hasil koefisien bahwa ada 10 aitem yang
mempunyai koefisien aitem total yang dikoreksi kurang dari 0,3. Oleh karena
itu, ke 10 aitem tersebut digugurkan. Koefisien daya beda bergerak dari 0,335
sampai dengan 0,650 sebanyak 14 aitem. Uji validiasi konstruk dilakukan pada
211 siswa SMA di Yogyakarta melalui exploratory factor analysis.
Dengan Barlett’s Test of
Sphericity diperoleh nilai kai-kuadrat sebesar
1913.453 (p<0,05). Hasil uji Keiser-Meyer-Olkin Measure of
sampling adequacy sebesar 0,916. Koefisien reliabilitas dengan alpha
Cronbach sebesar 0.847.
- Skala Kesepian
Skala
kesepian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala kesepian yang
diadaptasi dari skala kesepian UCLA versi tiga yang dikembangkan Russell pada
tahun 1996 (Buntaran & Helmi, 2013). Uji confirmatory factor analysis pada
skala adap-tasi kesepian UCLA dengan Barlett’s Test of
Sphericity diperoleh nilai kai-kuadrat sebesar 1913.453 (p<0,05). Uji Keiser-Meyer-Olkin
Measure of sampling adequacy sebesar 0,916. Hal ini dapat
disimpukan bahwa analisis faktor tepat digunakan untuk menganalisis data.
Rotasi yang digunakan adalah ortho-gonal dengan teknik varimax dengan
meng-hasilkan dua dimensi. Koefisien realibilitas dengan alpha Cronbach
sebesar 0,915 (Buntaran & Helmi, 2013).
- Skala Kepercayaan Interpersonal pada jejaring sosial online
Skala
kepercayaan interpersonal dalam jejaring sosial menggunakan online trust
scale yang dibuat oleh Helmi dan Pratiwi (Helmi, 2013).
Berdasarkan hasil uji konsis-tensi aitem-total pada skala kepercayaan
interpersonal online diperoleh koefisien aitem total berkisar antara
0,319 sampai dengan 0,515 kecuali pada aitem nomor 4, 5, dan 11 di bawah 0,3.
Ada 16 aitem yang diujicobakan untuk keperluan validasi konstruk dengan
melibatkan siswa dari SMA di Kota Malang, Lampung, dan Medan sebanyak 230
orang. Berdasarkan
Barlett’s Test of Sphericity diperoleh nilai kai-kuadrat sebesar
2245,612 (p<0,05), uji Keiser-Meyer-Olkin Measure of sampling
adequacy sebesar 0,771. Hal ini dapat disimpukan bahwa analisis faktor
tepat digunakan untuk menganalisis data. Selanjutnya dilakukan exploratory
factor analysis dengan menggunakan rotasi orthogonal teknik varimax diperoleh
sebanyak 5 dimensi tetapi yang dapat digunakan ada 3. Pertimbangan yang
digunakan ke-4 dimensi, yaitu dimensi ke-5 jumlah aitemnya terlalu sedikit,
yaitu 1 aitem. Adapun Koefisien reliabilitas dengan menggunakan alpha Cronbach
sebesar 0,82.
E-JURNAL GAMA JOP 106
Analisis
dalam penelitian yang dilaku-kan menggunakan model regresi ganda yang
menjelaskan variabel moderator sebagai variabel yang mengubah arah atau
menguatkan hubungan antara prediktor dan kriterium, dengan persamaan regresi:
Yi 0 1X1i 2X2i 3X1i . X2i Ei
Moderator
adalah variabel yang me-nentukan kondisi di mana prediktor yang diberikan
terkait dengan kriterium (Aiken & West, 1991). Moderator berfungsi ketika
prediktor dan kriterium ada kaitannya. Dengan adanya moderasi menyiratkan efek
interaksi, sehingga memungkinkan suatu variabel moderasi mengubah arah atau
besarnya hubungan antara dua variabel. Sebuah efek moderasi bisa menjadi: (a)
Meningkatkan (enhancing), dimana pening-katan moderator akan
meningkatkan efek prediktor pada kreterium; (b) Buffering, di-mana peningkatan
moderator akan meng-urangi efek dari prediksi pada kriterium dan (c) Antagonis,
dimana peningkatan moderator akan membalikkan efek dari pre-diktor pada
kriterium (Elite Research, 2013).
Statistik
deskriptif variabel penelitian terlihat pada Tabel 1.
Total
subjek sebanyak 162 subjek pene-litian. Mayoritas subjek penelitian adalah
perempuan dengan jumlah 69,8%, x =113
dan
subjek laki-laki dengan 30,2%, x =49. Adapun interval usia subjek
dalam peneli-tian ini (Tabel 2) merupakan kelompok usia yang homogen, yang
tergolong usia remaja dengan rentang rentang usia 13 hingga 16 tahun. Proporsi
usia tertinggi adalah usia 15 (62.3%), yang terbagi menjadi 65,30% subjek
penelitian laki-laki dan 61,06% subjek penelitian perempuan. Pada kelompok usia
16 tahun dengan 28.4% yang terbagi menjadi 28,58% subjek penelitian laki-laki
dan 28,31% subjek penelitian perempuan, pada kelompok usia 14 tahun sebanyak
8.6% yang terbagi menjadi 6,12% subjek penelitian laki-laki dan 9,74% subjek
penelitian perempuan, dan pada kelompok usia 13 tahun dengan jumlah 0,6% atau
hanya satu subjek penelitian perempuan.
Tabel 1
Profil Umum Subjek Penelitian
Variabel
|
Jumlah
|
%
|
|
Laki-Laki
|
49
|
30.2
|
|
Perempuan
|
113
|
69.8
|
|
Total
|
162
|
100,0
|
|
Tabel 3 memperlihatkan bahwa subjek laki-laki dan
perempuan pada jumlah berbeda dalam waktu penggunaan jejaring sosial online.
Perempuan rata-rata ( x
= 2.51, µ=2.51) lebih banyak menggunakan jejaring sosial online
dibandingkan dengan laki-laki ( x = 49, µ=2.41).
Tabel 2
Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Usia
|
Jumlah
|
% (%)
|
Total
|
%
|
|||||
L
|
P
|
L
|
P
|
||||||
13
|
-
|
1
|
-
|
0,89
|
1
|
0,617
|
|||
14
|
3
|
11
|
6,12
|
9,74
|
14
|
8,64
|
|||
15
|
32
|
69
|
65,30
|
61,06
|
101
|
62,34
|
|||
16
|
14
|
32
|
28,58
|
28,31
|
46
|
28,4
|
|||
Jumlah
|
49
|
113
|
100,0
|
100,0
|
100
|
100,0
|
|||
110 E-JURNAL
GAMA JOP
Sedangkan untuk kriteria 2 akun
me-nempati posisi kedua terbanyak setelah 4 akun yang dimiliki. Untuk subjek
penelitian laki-laki berjumlah x =22 atau 44,89% sementara perempuan
x =21 atau 18,58%. Untuk kriteria
jumlah 2 akun, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan dan jumlah akun
terbanyak yang dimiliki. Sedangkan untuk kepemilikan 3 akun, tidak ada
perbe-daan signifikan antara laki-laki dan perem-puan. Laki-laki pada
kepemilikan 3 akun dengan 22,24% sedangkan perempuan 22,12%, dengan jumlah
total laki-laki dan perempuan 22,22%.
|
Tabel 6 menyajikan deskripsi data
yang terkait informasi berbagai situs jejaring sosial online yang
digunakan subjek penelitian. Terdapat 27 nama situs jejaring sosial yang
digunakan subjek penelitian. Facebook merupakan situs jejaring sosial
yang paling banyak yaitu 94,44% dan disusul oleh Twitter (93,21%),
Instagram dengan 28,40%, dan Google+ 16,67%. Sejalan dengan
pendapat Marwick (2012) bahwa Facebook adalah hanya satu bagian dari
sistem media sosial yang lebih besar dalam masyarakat. Individu memiliki
profil
|
Facebook, akun
Twitter, Blog Tumblr,
akun
|
111
|
KEPERCAYAAN INTERPERSONAL,
REMAJA KESEPIAN, JEJARING SOSIAL
Tabel 3
Perbedaan Jumlah Jam
Penggunaan Jejaring Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
|
Rata-Rata
|
Jumlah
|
%
|
|
Laki-laki
|
2.41
|
49
|
100
|
|
Perempuan
|
2.51
|
113
|
100
|
|
Total
|
2.48
|
162
|
100
|
|
Tabel 4
Karakteristik
Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rentang Waktu Penggunaan
Jejaring Sosial Online
Rentang
Waktu
|
Laki-laki
|
%
|
Perempuan
|
%
|
Total
|
%
|
|
>8 jam
|
2
|
4,08
|
2
|
1,77
|
4
|
2,47
|
|
1-3
Jam
|
41
|
83,67
|
95
|
84,07
|
136
|
83,95
|
|
4-6
Jam
|
6
|
12,24
|
16
|
14,16
|
22
|
13,58
|
|
Total
|
49
|
100
|
113
|
100
|
162
|
100
|
|
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
rentang waktu penggunaan jejaring sosial online berdasarkan jenis
kelamin. Rentang waktu 1 sampai 3 jam merupakan rentang mayoritas dari
ketiga rentang waktu dengan jumlah total x =136 atau 83,95% subjek penelitian.
Rentang waktu 4 sampai 6 jam merupakan rentang kedua dengan jumlah total x =22 atau 13,58% subjek penelitian.
Sisanya rentang waktu lebih dari 8 jam dengan jumlah total subjek penelitian x =4 atau 2,47%. Berdasarkan perbedaan jenis kelamin tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara laki-laki dan perem-puan pada rentang waktu penggunaan
jejaring sosial online.
Berdasarkan Tabel 5 memperlihatkan
jumlah akun yang dimiliki subjek penelitian untuk mengakses situs jejaring
sosial. Mayoritas subjek penelitian mempunyai empat akun jejaring sosial online.
Subjek penelitian laki-laki berjumlah x = 12 sedang-kan perempuan berjumlah x = 38. Terdapat perbedaan kepemilikan
akun yang dimiliki antara laki-laki dan perempuan. Perempuan lebih banyak
memiliki akun jejaring sosial online dibandingkan dengan subjek peneli-tian
laki-laki.
E-JURNAL
GAMA JOP
Tabel 5
Perbedaan Jumlah Akun
Berdasarkan Jenis Kelamin pada Penggunaan Jejaring Sosial Online
Jumlah
Akun
|
Jumlah
Pengguna
|
%
|
Jumlah Total
|
%
|
|||||
L
|
P
|
L
|
P
|
||||||
1
|
2
|
6
|
4,08
|
5,3
|
8
|
4,93
|
|||
2
|
22
|
21
|
44,89
|
18,58
|
43
|
26,54
|
|||
3
|
11
|
25
|
22,44
|
22,12
|
36
|
22,22
|
|||
4
|
12
|
38
|
24,48
|
33,62
|
50
|
30,86
|
|||
5
|
2
|
13
|
4,08
|
11,5
|
15
|
9,25
|
|||
6
|
-
|
5
|
-
|
4,42
|
5
|
3,08
|
|||
7
|
-
|
4
|
-
|
3,53
|
4
|
2,46
|
|||
8
|
-
|
1
|
-
|
0,88
|
1
|
0,61
|
|||
Jumlah
|
49
|
113
|
100
|
100
|
162
|
100
|
|||
Total
|
162
|
100
|
100
|
162
|
100
|
||||
Tabel 6
Nama Akun Jejaring Sosial Online dan
Jumlah Pengguna
Nama Akun Jejaring Sosial
|
Jumlah Pengguna
|
%
|
|
Facebook
|
153
|
94,44
|
|
Twitter
|
151
|
93,21
|
|
Instagram
|
46
|
28,40
|
|
Google+
|
27
|
16,67
|
|
Line
|
26
|
16,05
|
|
Blogspot
|
21
|
12,96
|
|
Path
|
17
|
10,49
|
|
Youtube
|
16
|
9,88
|
|
Whatsapp
|
12
|
7,41
|
|
Tumblr
|
11
|
6,79
|
Foursquare dan Instagram Photostream, masing-masing
akun mengirimkan infor-masi pribadi kepada massa yang besar.
Berdasarkan
Tabel 7 dapat diketahui bahwa perempuan (µ=3.59) lebih banyak memiliki
akun jejaring sosial online diban-ding subjek penelitian laki-laki (µ=2.80)
F= 4,078, nilai p=0,045.
Pada Tabel
8 skor rata-rata tiap varia-bel. Tidak terdapat perbedaan yang signi-fikan
antara subjek penelitian laki-laki (µ=37.94) dan perempuan (µ=37.88),
F= 0,219 dan nilai p=0,641. Pada variabel kesepian juga tidak
ditemukan perbedaan skor rata-rata antara subjek penelitian laki-laki
(µ=43,53)
dan subjek penelitian perempuan (µ=44,85), F=0,270, nilai p=0,604.
Namun dapat diindikasikan subjek perempuan lebih tinggi tingkat kesepiannya
dibanding-kan subjek penelitian laki-laki. Untuk variabel kepercayaan
interpersonal juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Tabel 7
Jumlah Akun Jejaring Sosial Online
Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis_
|
Rata-
|
Jumlah
|
F
|
p
|
|
Kelamin
|
rata
|
||||
Laki-laki
|
2.80
|
49
|
4,078
|
0,045
|
|
Perempuan
|
3.59
|
113
|
|||
112 E-JURNAL
GAMA JOP
antara
subjek penelitian laki-laki (µ=59,22), dan subjek penelitian perempuan (µ=59.63),
nilai F=0,079; p>0,05).
Adapun hasil analisis tahapan model regresi dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Regresi variabel kesepian dengan
varia-bel pengungkapan diri. Hasil regresi menunjukkan skor F=5.730; p<0,05
yang menunjukkan bahwa kesepian memiliki hubungan dengan pengungkapan diri.
Nilai
R2=0,032, menunjukkan bahwa 3,2% variabel pengungkapan diri
dapat dijelaskan oleh variabel kesepian, sisa-nya 96,8% sisanya dijelaskan oleh
varia-bel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
2. Regresi variabel kepercayaan
interper-sonal online dengan variabel pengung-kapan diri. Hasil regresi
menunjukkan skor F=121.748; p<0,01 yang menunjuk-kan bahwa
kepercayaan interpersonal memiliki hubungan yang signifikan dengan pengungkapan
diri secara online.
Nilai R2=0,605, menunjukkan bahwa 60,5% variabel pengungkapan
diri dapat dijelaskan oleh variabel kepercayaan interpersonal, sedangkan
sisanya 30,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
3. Regresi variabel moderator atau inter-aksi
antara variabel kesepian dan variabel kepercayaan interpersonal (perkalian
antara variabel kesepian dan variabel kepercayaan interpersonal ter-hadap
pengungkapan diri menunjukkan
nilai
F= 80.796; p<0,01 dan R2=0,605, hal ini menunjukkan bahwa sumbangan
efektif sebesar 60,5% diberikan variabel moderator (interaksi antara variabel
kesepian dan variabel kepercayaan interpersonal) terhadap pengungkapan diri,
sisanya 39,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
Tabel 8
Deskripsi
Perbedaan Skor Rerata Pengungkapan Diri, Kesepian, dan Kepercayaan
Interpersonal Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Skor Rata-rata
|
F
|
p
|
|||||||||
Pengungkapan diri pada
|
Laki-laki
|
49
|
37.94
|
0,219
|
0,641
|
||||||||
jejaring sosial Online
|
|||||||||||||
Perempuan
|
113
|
37.88
|
|||||||||||
Kesepian
|
Laki-laki
|
49
|
43.53
|
0,270
|
0,604
|
||||||||
Perempuan
|
113
|
44.85
|
|||||||||||
Kepercayaan
interpersonal
|
Laki-laki
|
49
|
59.22
|
0,079
|
0,779
|
||||||||
pada jejaring
sosial online
|
|||||||||||||
Perempuan
|
113
|
59.63
|
|||||||||||
Tabel 9
|
|||||||||||||
Hasil Uji Hipotesis
|
|||||||||||||
Model
|
IV
|
DV
|
R
|
R
Square
|
F
|
p
|
Beta
|
||||||
1
|
K
|
PD
|
0,180
|
0,032
|
5.730
|
0,022
|
- 0,180
|
||||||
2
|
KI
|
PD
|
0,778
|
0.605
|
121.748
|
0,000
|
0,770
|
||||||
3
|
KSP * KI
|
PD
|
0,778
|
0,605
|
80.796
|
0,000
|
0,164
|
||||||
E-JURNAL GAMA JOP 113
Hasil
analisis moderasi dapat diperoleh dengan cara membandingkan antara model 1,
model 2, dan model 3. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel moderator
berperan dalam menguatkan hubungan antara variabel kesepian dan variabel
pengungkapan diri. Hasil analisis regresi ketiga variabel penelitian ini dapat
digam-barkan seperti pada Gambar 2.
Diskusi
Hasil
analisis regresi moderator meng-hasilkan nilai F=80.796; p<0,05
dan dan R2=0,605. Adapun persamaan regresi ketiga variabel dapat
diuraikan sebagai Y=11,423 + -0,075 kesepian +0,512 kepercayaan inter-personal
+0,002 moderator. Dapat dilihat dari persamaan garis regresi bahwa keper-cayaan
interpersonal merupakan variabel moderator yang penting terkait hubungan antara
kesepian dan pengungkapan diri pada jejaring sosial online, dengan
sum-bangan efektif sebesar 60,5%. Namun variabel kesepian hanya memberikan
sum-bangan sebesar 3,2% terhadap pengung-kapan diri secara online.
Interaksi antara variabel kesepian dan variabel kepercayaan interpersonal juga
menunjukkan bahwa interaksi kedua variabel menghasilkan sumbangan yang
signifikan terhadap peng-ungkapan diri pada jejaring sosial online
sumbangan
efektif yang diberikan sebesar 60,5%.
Hal ini
sejalan dengan pendapat Hawkley dan Cacioppo (2007) bahwa kese-pian yang
dialami individu menunjukkan bahwa representasi koneksi mental sese-orang
dengan orang lain dicirikan oleh dimensi individual, relasional, dan kolektif.
Pada tingkat kolektif, perasaan identifikasi kelompok dan kohesi memenuhi
kebutuhan untuk memiliki sehingga kesepian dapat diatasi. Hal ini dapat
menjelaskan temuan penelitian mengenai keterkaitan antara kesepian dan
pengungkapan diri. Dalam pandangan Hofstede (1991) masyarakat kolektif lebih
menekankan kepentingan kelompok yang lebih besar, masyarakat, dan keluarga
sehingga menekankan pen-tingnya saling ketergantungan, memper-tahankan
hubungan, membuat keputusan berdasarkan kebutuhan kelompok. Menurut Shin dan
Park (2005) pada budaya kolektifis terkait dengan ikatan sosial yang hirarkis
dan memperkuat pembentukan kepercaya-an dalam masyarakat, bahwa budaya
kolek-tif berkomunikasi secara tidak langsung, dan lebih menekankan pada kepentingan
kelompok yang lebih besar dari pada diri mereka sendiri (Durand, 2010; Van
Dyne, Vandewalle, Kostova, Latham, & Cummings, 2000).
Kepercayaan
|
|||
interpersonal
|
β2= 0,770
|
||
β3=0,164
|
|||
Kesepian
|
Pengungkapan Diri
|
|
β=- 0,180
|
secara Online
|
|
Gambar 2. Hasil analisis
regresi ketiga variabel penelitian
114 E-JURNAL
GAMA JOP
Lebih
lanjut Hofstede juga menjelaskan bahwa orang cenderung mempercayai orang-orang
yang berasal dari kelompok yang sama (Allik & Realo, 2004). Pengungkapan
diri dalam suatu kelompok membantu untuk membangun identitas kelompok, serta
memperkuat hubungan antar anggota kelompok (Chen, 2013). Selain itu,
pengungkapan antara individu dan kelompok-kelompok berfungsi sebagai cara untuk
verifikasi informasi pribadi pada kelompok. Kepercayaan interpersonal pada
budaya kolektif merupakan modal bagi masyarakat didalamnya, masyarakat
cenderung mempercayai satu sama lain sebagai bagian dari anggota kelompok
masyarakat kolektif dan kolektivisme mempunyai efek yang besar terhadap kepercayaan
secara horisontal (Park, 2007).
Putnam
(2000) menerangkan bahwa modal sosial terdiri dari dua aspek penting yakni
menjembatani (bridging) dan ikatan sosial (bonding). Wellman dan
Wortley (1990) menerangkan bahwa hubungan emosional yang begitu dekat sebagai
ang-gota keluarga dan teman-teman yang baik memberikan ikatan (bonding)
modal sosial modal, yang memungkinkan timbal balik, dukungan emosional dalam
persahabatan. Ikatan jaringan memperkuat partisipasi dalam jejaring sosial online
((Bian dan Leung, 2013; Putnam (1995) dan dapat me-ningkatkan kebahagiaan
seseorang. Dengan meningkatnya kontak antar personal atau kontak sosial dalam
lingkup jejaring sosial online mempunyai potensi meningkatkan rasa
bahagia dan mencegah masalah kese-pian (Kim, Larose, & Peng, 2009).
Derlega dan
Chaikin (Erdost, 2004) juga berpendapat bahwa saling mengungkapkan dalam relasi
sosial membantu mempercepat pengembangan hubungan dan pembentuk-an kepercayaan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Burke, Marlow, dan Lento (2010)
mengungkapkan bahwa peng-
gunaan jejaring sosial online
terkait dengan peningkatan modal sosial dalam upaya mengurangi kesepian yang
dialami. Indi-vidu merasa terhubung dengan orang lain serta tertarik untuk
memperkuat hubungan yang telah dibina melalui persahabatan jejaring sosial online.
Selain itu penggunaan situs jejaring sosial online memungkinkan individu
untuk memperkuat hubungan yang terpisah jarak.
Mayoritas
subjek penelitian adalah pe-rempuan dengan jumlah 69,8%, x = 113 dan subjek laki-laki sejumlah
30,2%, x
=49. Sejalan dengan penelitian yang diungk-apkan Eler (2011) bahwa jenis
kelamin memainkan peran kunci dalam penelitian. Perempuan diasumsikan lebih
pada pemel-iharaan hubungan dengan keluarga dan teman-teman sebagai alasan
utama untuk menggunakan situs media sosial, sedang-kan pria cenderung terkait
dengan hobi untuk menggunakan media sosial. Berda-sarkan jumlah jam penggunaan
berdasarkan subjek penelitian apat diketahui bahwa subjek laki-laki dan
perempuan berbeda pada jumlah berbeda dalam waktu peng-gunaan jejaring sosial online.
Perempuan rata-rata ( x
=2.51, µ=2.51) lebih banyak menggunakan jejaring sosial online
diban-dingkan dengan laki-laki ( x = 49, µ=2.41). Subjek
penelitian perempuan diketahui lebih banyak memiliki akun jejaring sosial online
dibanding subjek penelitian laki-laki.
Pada Tabel
8 skor rata-rata tiap varia-bel. Tidak terdapat perbedaan yang signifi-kan
antara subjek penelitian laki-laki (µ=37.94) dan perempuan (µ=37.88),
F=0,219 dan nilai p=0,641. Pada variabel kesepian juga tidak
ditemukan perbedaan skor rata-rata antara subjek penelitian laki-laki (µ=43,53)
dan subjek penelitian perempuan (µ=44,85), F=0,270, nilai p=0,604.
Namun dapat diindikasikan subjek perempuan lebih tinggi tingkat kesepiannya
dibanding-kan subjek penelitian laki-laki. Untuk
E-JURNAL GAMA JOP 115
variabel kepercayaan interpersonal
juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara subjek penelitian
laki-laki (µ=59,22), dan subjek penelitian perempuan (µ=59.63),
nilai F=0,079; p>0,05).
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan interpersonal yang besar pada pengguna
media jejaring sosial online merupakan temuan penting terkait modal
sosial yang ada. Remaja yang kesepian menggunakan situs jejaring sosial sebagai
modal sosial (sebagai ikatan sosial dan media yang menjembatani) untuk
menga-tasi permasalahan psikologis dalam hal ini kesepian yang dialami.
Sehingga dengan menggunakan Facebook, kesepian yang dialami dapat
diatasi. Media sosial online memberikan dampak yang positif bagi
masyarakat dalam meningkatkan kesejah-teraan psikologis.
- Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian pada 162 siswa-siswi SMA Negeri Yogyakarta, maka dapat
disimpulkan bahwa: (1) Kepercayaan interpersonal mampu menguatkan hubung-an
antara kesepian dengan pengungkapan diri pada situs jejaring sosial online.
(2) Berdasarkan rentang waktu rentang waktu 1 sampai dengan 3 jam merupakan
rentang waktu mayoritas yang digunakan subjek penelitian. Namun tidak ditemukan
perbe-daan jumlah jam penggunaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan
rentang waktu penggunaan. Sedangkan pada jum-lah jam keseluruhan, terdapat
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Subjek penelitian perempuan lebih
tinggi intensitas penggunaan jejaring sosial online dibanding laki-laki. (3)
Siswa perempuan cenderung untuk mempunyai jumlah akun lebih banyak dibandingkan
subjek penelitian laki-laki. Adapun akun jejaring sosial yang paling populer
adalah Facebook dan Twitter, dan (4) Kepercayaan interpersonal
dalam pertemanan yang dibangun dalam situs jejaring sosial tinggi namun tidak
terdapat perbedaan tingkat kepercayaan penggunaan jejaring sosial online
yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.
Saran
Saran-saran
berikut ini diajukan seba-gai bentuk respons terhadap proses maupun hasil
penelitian yang tidak dapat diakomodasi oleh peneliti karena berbagai alasan.
Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: (1) Saran pada orangtua, guru, dan
masyarakat luas. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kesepian
terkait dengan pengungkapan diri pada situs jejaring sosial online
dengan dukungan peran kepercayaan interpersonal. Hal tersebut penting untuk
menjadi perhatian bagi orangtua, pendidik, dan masyarakat terkait dengan
pengungkapan diri remaja pada situs jejaring sosial online, diharapkan
dapat memberikan informasi dan penga-rahan terhadap masalah kesepian dengan
pengungkapan diri pada jejaring sosial online.
Orangtua
dan pendidik dihadarapkan mampu menanggulangi masalah kesepian yang dialami
remaja dengan memberikan keterampilan berkomunikasi yang baik dalam seting
tatap muka secara langsung, sehingga remaja tidak hanya mengandalkan
pengungkapan diri secara online yang hanya berdasarkan kepercayaan
interpersonal yang tinggi, akan tetapi juga remaja mampu mengungkapkan diri
dalam situasi tatap muka secara langsung atau offline sehingga risiko
lebih jauh dari pengungkapan diri yang berlebihan dan bersifat negatif terkait
kesepian pada situs jejaring sosial online dapat dicegah dan
diantisipasi, dan (2) Dianjurkan bagi peneliti selanjutnya untuk mengeksplorasi
permasalahan kepercayaan interpersonal terkait pengungkapan diri
116 E-JURNAL
GAMA JOP
pada jejaring sosial online.
Kepercayaan interpersonal merupakan kunci utama dalam sebuah hubungan
interpersonal. Kepercayaan interpersonal merupakan variabel anteseden yang
penting dalam menjelaskan hubungan interpersonal yang dialami individu yang
menjalin hubungan interpersonal.
Ukuran
subjek penelitian yang kecil menjadi kendala bagi peneliti dalam
meng-generalisasikan penelitian dengan baik. Disarankan untuk peneliti
selanjutnya untuk mengambil jumlah subjek yang memadai sehingga hasil
penelitian dapat digeneralisasi secara luas. Peneliti yang tertarik untuk
mengeksplorasi pengung-kapan diri pada situs jejaring sosial online
disarankan untuk meneliti faktor-faktor terkait pengungkapan diri pada situs
jejaring sosial online dengan memperhatikan faktor budaya dimana subjek
penelitian bertempat tinggal. Faktor budaya merupa-kan faktor penting yang
harus diperhatikan peneliti selanjutnya, sehingga penelitian selanjutnya akan
dapat menjelaskan keter-kaitan variabel yang akan diteliti.
Daftar Pustaka
Aiken, L. S., & West, S. G. (1991).
Multiple
regression: Testing and
interpreting
interactions. Newbury Park, CA: Sage
Publications.
Allik, J., & Realo, A. (2004).
Individualism-collectivism and social capital. Journal Of
Cross-Cultural Psychology, 35(1). http://dx.doi.org/10.1177/0022022103260
381.
Amichai-Hamburger, Y.,
Wainapel, G., &
Fox,
S. (2002). “On the internet No One Knows I’m an Introvert”: Extroversion,
Neuroticism, and Internet Interaction.
CyberPsychology
& Behavior, 5(2),
125-128.
Bargh, J. A., McKenna, K. Y. A., & Fitzsimons, G. M.
(2002).Can you see the real me?: Activation and expression of the “true self”
on the Internet. Journal of Social Issues, 58, 22–48.
Baron, R. A., & Branscombe, N. R. (2012). Social
psychology 13th ed. New Jersey:Pearson Education, Inc.
Berger, J. (2011). Interpersonal online trust in new
online social networks.. (Master's thesis, Gordon Institute of Business
Science, University of Pretoria).
Bian, M., & Leung, L. (2013). Smartphone addiction:
linking loneliness, shyness, symptoms and patterns of use to social capital.
Hongkong: School of Journalism and Communication, The Chinese University of
Hong Kong.
Bonetti, L., Campbell, M. A., &
Gilmore, L.
(2010). The
relationship of loneliness
and social anxiety with children's and
adolescents' online communication.
Cyberpsychology, Behavior,
and Social
Networking, 13(3),
279-285.
Buntaran, F. A. A., & Helmi, A. F
(2013).
Adaptasi skala
kesepian ucla versi
3.
(Tesis tidak dipublikasikan) Yogya-
karta: Program Magister
Psikologi
Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah
Mada.
Burke, M., Marlow, C., & Lento, T. (2010). Social
network activity and social well-being. In Proceedings of the SIGCHI Conference
on Human Factors in Computing Systems (pp. 1909-1912). ACM.
Chen, H. (2013). Effects of perceived
individualism-collectivism and self-consciousness on the self-disclosure in
social networking sites. Master's Theses. Paper 475.
Clayton, R. B., Osborne, R. E., Miller, B. K., &
Oberle, C. D. (2013). Loneliness,
EJURNALGAMAJOP 117
anxiousness, and substance use as
predictors of Facebook use. Computers in Human Behavior, 29(3),
687-693.
Derlega, V.
J., & Barbara, A. (1997). Self-disclosure and starting a close
relation-ship. Modern China: An Encyclopedia of History, Culture, and
Nationalism, 153.
Durand, C.
(2010). "A comparative study of self-disclosure in face-to-face and email
communication between americans and chinese". Senior Honors Projects.
Paper 197.
Eler, A.
(2011). 67% of online adults use social media to stay in touch with friends.
Diunduh dari:http://readwrite. com/2011/11/15/67_of_online_adults_us
e_social_media_to_stay_in_to#awesm=~ owbC0vKsrbCGOF
Ellison, N.
B, Steinfield, C., & Lampe, C. (2006). Spatially bounded online social
networks and social capital. Interna-tional Communication Association,
36(1-37).
Ellison, N.
B., Steinfield, C., & Lampe, C. (2007). The benefits of Facebook
“friends:” Social capital and college
students’ use of online social network sites. Journal of Computer-Mediated
Communication, 12, 1143–1168.
Elite
Research (2013). Moderation. Diunduh dari: htps://www.google.com/search?q=
in+elite+research+moderator+variable.
Erdost, T.
(2004). Trust and self-disclosure in the context of computer mediated
communication. (Doctoral dissertation, Middle East Technical University).
Frye, N.
E., & Dornisch, M. M. (2010). When is trust not enough? The role of
perceived privacy of communication tools in comfort with self-disclosure.
Computers
in Human Behavior, 26(5),
1120-1127.
Goldner, K. R. (2008). Self disclosure on social
networking websites and relationship quality in late adolescence. ETD
Collection for Pace University. Paper AAI3287856. Diunduh dari:
http://digitalcommons.pace.edu/disserta tions/AAI3287856.
Greene, K., Derlega, V. J., & Mathews, A. (2006).
Self-disclosure in personal relationships. The Cambridge handbook of personal
relationships, p. 409-427.
Hawkley, L. C., & Cacioppo, J. T. (2007). Aging and
loneliness: Downhill quick-ly? Current Directions in Psychological Science,
16, 187-191.
Helmi, A. F. (2013). Model kepercayaan interpersonal di
situs jejaring sosial pada remaja. (Laporan penelitian tidak dipubliksaikan)
Fakultas Psikologi Uni-versitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hofstede, G. (1991).
Cultures and
organizations: Software
of the mind.
London: McGraw-Hill.
Ingvadottir, A. B. (2014). The
Relationship
between
Facebook Use and Loneliness:
A Comparison Between
High-School
Student and
University Student.
Department of
Psychology. Reykjavik
University.
Jin, B. (2013). How lonely people use and perceive
Facebook. Computers in Human Behavior, 29(6), 2463-2470.
Kim, J., LaRose, R., & Peng, W. (2009). Loneliness as
the cause and the effect of problematic Internet use: The relation-ship between
Internet use and psycho-logical well-being. CyberPsychology & Behavior,
12(4), 451-455.
Leung, L. (2011). Loneliness, social support, and
preference for online social inter-action: the mediating effects of identity
experimentation online among children and adolescents. Chinese Journal of
Communication, 4(4), 381-399.
118 E-JURNAL
GAMA JOP
Lin, N.
(1999). Building a network theory of social capital. Connections, 22(1),
28-51.
Lu, Rachel.
(2013). Facebook etiquette: why quitting social media is a losing propo-sition:
How i learned to stop worrying and love Facebook. Diunduh dari:
http://thefederalist.com/2013/11/22/Face
book-etiquette-quitting-social-media-losing-proposition/.
Marwick, A.
E. (2012). The Public Domain: Surveillance in Everyday Life.
Surveillance
& Society, 9(4),
378-393. Diunduh dari: http://www.surveillance-and-society.org.
Park, T. H. (2007). Interpersonal trust with cultural
value orientations of the korean central government bureaucrats. Ewha Womans
University Press, Seoul.
Madden, M.,
Lenhart, A., Duggan, M., Cortesi, S., & Gasser, U. (2013). Teens and
Technology 2013. Pew Research Center. Washington DC: Diunduh dari:
http://www.pewinternet.org/Reports/ 2013/Teens-and-Tech. aspx.
Putnam. R. D. (1995). Tuning in, tuning out: The strange
disappearance of social capital in America. PS: Political Science and
Politics, 28, 664-683.
Putnam, R. (2000). Bowling Alone:
Collapse
and
Revival of American Community.
New York: Simon & Schuster.
Rempel, J. K., Holmes, J. G., & Zanna, M. P. (1985).
Trust in close relationships.
Journal of Personality and Social
Psychology, 49,
95-112.
Schwartz.
M. (2010). The usage of Facebook as it relates to narcissism, self-esteem
and
loneliness. Diunduh dari: http:// digitalcommons.pace.edu/dissertations/
AAI3415681/ tanggal 12 September 2013.
Shin, H. H., & Park, T. H. (2005). Indi-vidualism,
Collectivism And Trust:The Correlates between trust and cultural value
orientations among australian national public officers. International Review
of Public Administration, 9(2), 145-161.
Subrahmanyam, K., & Greenfield, P. M. (2008). Online
communication and adolescent relationships. Journal Issue: Children
and Electronic Media, 18(1), 119-146.
Van Dyne, L., Vandewalle, D., Kostova, T., Latham, M. E.,
& Cummings, L. L. (2000). Collectivism, propensity to trust and self-esteem
as predictors of orga-nizational citizenship in a non-work setting. Journal
of Organizational Behaviour, 21, 3-23.
Wellman, B., & Wortley, S. (1990).
Different
strokes from
different folks: Commu-
nity ties and social support. American
Journal of Sociology, 558-588.
Zywica, J., & Danowski, J. (2008). The faces of
facebookers: Investigating social enhancement and social compensation
hypotheses; predicting facebook and offline popularity from sociability and
self‐esteem, and mapping the meanings of popularity with semantic networks.
Journal of Computer‐Mediated
Communi-cation, 14(1),
1-34.
E-JURNAL GAMA JOP 119
·
RIVEW JURNAL
Jurnal ini membahas tentang Peran Kepercayaan Interpersonal
Remaja yang Kesepian dalam Memoderasi Pengungkapan Diri pada Media Jejaring Sosial
Online. Penelitian ini menggunakan metode Skala Pengungkapan Diri pada Jejaring
Sosial Online, Skala Kesepian dan skala Kepercayaan Interpersonal pada jejaring
sosial Online. Dari peneletian ini menemukan bahwa Siswa Perempuan lebih banyak
menggunakan Situs Jejaring Sosial Online seperti Facebook, Twitter dan Instagram
dibanding dengan Siswa laki-laki. Karena Saat ini Remaja hidup dalam sebuah era
informasi digital yang lebih mudah untuk mengaksesnya dalam berkomunikasi dari pada
bertemu atau berkomunikasi tatap muka secara langsung.
Dari hasil data Madden, Lenhart, Duggaan Cortesi dan Gasser
(2013) 95% remaja dengan rentang usia 12-17 tahun aktif secara online. Survei yang
melibatkan 802 Remaja tersebut 81% Remaja menggunakan situs Jejaring sosial online
dan 77% Remaja aktif Menggunakan Facebook, dan 24% Remaja menggunakan Twitter. Rentang
waktu yang digunakan oleh Siswa Perempuan dalam menggunakan jejaring sosial online
lebih tinggi dibanding laki-laki.